Beranda Laju Roda Sunmori Pecinta Motor Karbu Uji Performance Sentul-Hambalang-Puncak

Sunmori Pecinta Motor Karbu Uji Performance Sentul-Hambalang-Puncak

Lajuroda.com. Kepenatan aktivitas WFH selama pandemi untuk merelaksasi pikiran, Sebagai lingkup komunitas motor pecinta karburator ini terlaksana atas kesamaan hobi dan visi melestarikan motor karburator yang diproduksi diawal tahun 60an hingga 2005. Dengan pemikiran yang sama mendirikan komunitas mengusung nama Kwatro (Komunitas Wartawan Motor Retro), komunitas yang diprakarsai para jurnalis otomotif ini mencoba memberikan semangat survival kepada two wheelers enthusiast untuk menularkan bagaimana derasnya serangan teknologi pada roda dua.

Didirikan sejak Februari 2020 lalu, dengan beberapa program rencana yang akan dijalankan untuk menampung aspirasi kegiatan sudah dijadwalkan tertunda dengan makin merebaknya kasus covid19 dan diberlakukan status  pandemi menjadi vaccum aktivitas. Semangat mereka membangun motor karburator yang semakin tua, semakin diburu para two wheelers jadi motivasi para anggota members yang dengan susah payah untuk membangun motornya seorisinil mungkin yang kadang susah mendapatkan sparpartnya.

Bahkan untuk membangun Yamaha F1ZR yang telah menghabiskan dana seharga motor keluaran terbaru untuk membuat sesempurna mungkin karena itulah seni dari pejuangan memburu Pernik-pernik sparpart yang mulai langka.

Begitu juga dengan Yamaha DT100 salah satu trail tertua, yang baru saja direstorasi walaupun belum dianggap ideal oleh pemiliknya yang kebetulan sebagai komandan Kwatro, Tigor Qristovani Sihombing. Ia membeli unit secara online melalui satu marketplace. Karena materinya yang sudah masuk ranah colectible, ia membelinya dari Pacitan, Jawa Timur untuk diboyong ke Jakarta.

Saat Sunmori pada 29 Mei 2021 lalu, kehadiran Yamaha DT100 memberikan nafas baru bagi member Kwatro, pasalnya DNA Yamaha DT sendiri terlahir sebagai DNA motor trail. Sementara Sunmmori yang diikuti 4 rider lainnya menggunakan Yamaha King Cobra, FIZR, Astrea Grand, GLMax CDI 1992 tersebut dikemas dalam nuansa trabas (memilih jalur non mainstream). Deru suara yang cukup knalpot mesin dua tak yang nyaring, mulai membuat telinga kami terbiasa, melibas semua obstacle, seperti tanjakan berbatu, turunan, kubangan air hingga pengalaman ban yang mulai habis gripnya pun, dipaksa menyerah kepada alam.  Rata-rata kemampuan mesinnya cukup baik, dan melewatinya dengan mudah.

Mejeng sebelum start
Dari Tim dari Kanan dengan motor kesayangannya: Tigor DT100, Harry Kriwil F1ZR, Yusuf Arif RX King, Tito Grand’91, Achmad GLPro 

Sementara disaat lalu lintas mulai sepi dari trabaser, saat melanjutkan perjalanan tanpa perencanaan sambil melakukan perekaman dengan satu tangan yang membuat kesulitan mengendalikan stang kemudi  dan tidak melihat jalanan waktu berbelok dan langsung berhenti membuat kendaraan terjatuh tidak sanggup menahan kendaraan karena posisi jalanan yg miring sebelah serta menahan posisi HP ditangan kiri untuk diselamatkan maka motor dikorbankan jadi tersungkur dan kendaraan Grand Bulus ‘91 menumpahkan oli dan bensin untungnya cuma tumpah dari pembuangan angin panas dari blok mesin, sempet panik dikawatirkan ada yang pecah di bloknya setelah dicek liat sana sini tidak ada yang pecah perjalanna dilanjutkan.

“Untuk spesial case, kami mencoba rute melewati sungai besar di Sentul. Dan disitulah pertemuan dengan trabaser (pemotor trail) tak terelakkan  menuju bibir sungai”. Dengan apparel yang lengkap, mereka menyusuri sungai dengan mudah, bak pasukan perang yang sedang menuntaskan misi. Sang Captain Kwarto mulai memberanikan diri, melewati sungai dengan Yamaha DT100, dan itu berhasil, usai sedikit drama dengan lepasnya rantai dari gir belakang.

Sang kapten dengan motor DT100
Sang Kapten dengan motor DT100

Kami pun kembali ke jalur mainstream, dari Sentul menuju jalur puncak, disana kami menemukan lokasi ngopi yang cukup instragamable. Tiga cangkir kopi hitam, dan dua gelas jahe mengembalikan kebugaran kami menuju turun bukit. Waktu menunjukkan siang hari, destinasi kami singgahi, menyimpan banyak spot bagus untuk mengendurkan otot dan saraf kami yang tegang. Menikmati ubi cilembu bakar, kerang saus, roti dan pisang keju menambah kenikmatan suasana yang mendung. Acara sunmori Kwarto kami sudahi dengan berswafoto.

Rute kembali kami pilih ke Sentul City, kemudian menuju ke Babakan Madang tempat meetpoint pertama kami di depan Sirkuit Sentul, dan kami sudahi petualangan hari itu dengan penuh semangat, kenangan dan adrenalin yang susah dilengkapi. [IJ/LR]