Lajuroda.com, Jakarta — Pada tanggal 10 Februari 2025, NGK Spark Plugs menggelar acara yang membahas perkembangan terbaru dalam industri otomotif, khususnya terkait penggunaan material iridium pada busi mobil-mobil terkini. Acara ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang tren pasar kendaraan terbaru dan memberikan informasi tentang potensi bisnis busi di tengah dinamika perkembangan kendaraan bermotor.
Data penjualan mobil baru menunjukkan bahwa meskipun ada pergeseran konsumen ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan (EV), Mobil konvensional (ICE) masih mendominasi pasar. Busi dengan material iridium kini semakin banyak diterapkan pada mobil baru berkat kemampuannya dalam memberikan performa yang lebih efisien dan tahan lama.
Menurut data dari Gaikindo dalam lima tahun terakhir, kendaraan listrik (EV) menunjukkan peningkatan signifikan, namun secara nasional, populasi EV hanya sebesar 2%, tidak melebihi jumlah kendaraan hybrid sebesar 3,4%. Hal ini memberikan peluang besar bagi industri busi, dengan banyak kendaraan hybrid dan konvensional yang masih memerlukan busi iridium untuk mendukung performa mesin serta efisiensi bahan bakar. Pasar busi untuk kendaraan-kendaraan ini pun masih terbuka lebar, dengan potensi pertumbuhan yang menjanjikan.
Pasar otomotif Indonesia masih didominasi oleh pabrikan asal Jepang, dengan merek TOYOTA menguasai 47,5% total penjualan mobil baru dalam lima tahun terakhir. Dengan peningkatan permintaan kendaraan bermotor di pasar ini, kebutuhan akan busi berkualitas tinggi seperti busi iridium semakin penting untuk memastikan performa mesin tetap optimal.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya efisiensi mesin dan performa kendaraan, semakin banyak produsen mobil yang mengadopsi busi iridium pada model-model terbaru mereka. Busi iridium dikenal dengan daya tahan lebih lama dan kemampuannya untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar serta mengurangi emisi gas buang, menjadikannya pilihan utama di kendaraan modern.
NGK Spark Plugs, sebagai pemimpin pasar dalam industri busi, terus mempertahankan posisi terdepan dalam hal pangsa pasar global. Sebagai produsen busi nomor satu di dunia, NGK telah lama menjadi pilihan utama para produsen kendaraan global, terutama dalam aplikasi busi iridium yang terus berkembang.
“Seiring dengan kemajuan teknologi otomotif, kami percaya bahwa busi iridium akan semakin banyak digunakan pada mobil baru di masa depan. Dengan komitmen untuk terus berinovasi dan menghadirkan produk berkualitas tinggi, NGK siap mendukung industri otomotif dalam mencapai efisiensi dan performa yang lebih baik,” ungkap Moch Ranggy Radiansyah, Marketing Director PT Niterra Mobility Indonesia.

Transisi kendaraan listrik (EV) semakin menjadi fokus utama dalam industri otomotif saat ini. Namun, meskipun mobil listrik memberikan solusi terhadap pengurangan emisi gas buang, kendaraan dengan mesin pembakaran internal tetap memainkan peran besar dalam pasar otomotif global untuk beberapa waktu ke depan. Oleh karena itu, efisiensi bahan bakar dan pengurangan emisi CO2 dari kendaraan berbahan bakar fosil tetap menjadi tantangan utama.
Salah satu aspek kunci dalam meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi adalah sistem pengapian kendaraan. Di sinilah peran busi dengan material iridium menjadi sangat penting.
Busi iridium yang memiliki elemen bahan utama Iridium dengan daya tahan dan konduktivitas yang lebih tinggi, memberikan pengapian yang lebih efisien, meningkatkan kinerja mesin, serta mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang yang dapat merugikan lingkungan.
Perubahan dalam desain mesin modern juga mempengaruhi ukuran dan bentuk busi. Mesin-mesin baru lebih kompak dan efisien, sehingga membuat ukuran komponen, termasuk busi, memiliki dimensi yang semakin kecil, dengan teknologi yang semakin canggih. Busi dengan material iridium (nama produk: Laser Iridium) untuk kendaraan masa kini yang diproduksi oleh NGK kini hadir dengan desain yang lebih kecil namun tetap dapat memberikan performa pengapian yang maksimal dan efisiensi bahan bakar yang optimal.
PT Niterra Mobility Indonesia, selaku produsen Busi NGK, memahami kebutuhan pasar yang terus berkembang. Oleh karena itu, mereka menyediakan berbagai pilihan busi yang disesuaikan dengan kebutuhan kendaraan berbagai jenis, mulai dari mobil penumpang, kendaraan komersial, hingga motor. Dengan produk inovatif seperti Busi Platinum (Efisiensi Ekonomis), Busi Iridium (Performa Harian), Busi Laser Iridium (Performa Setara Genuine), hingga Busi Double Precious Metal (Performa dengan Masa Pakai Lebih Panjang), NGK hadir untuk memberikan solusi terbaik dalam pilihan pengapian kendaraan.
Dari berbagai kelebihan busi berbahan iridium yang sudah menjadi standar baru mobil-mobil masa kini, terdapat kelemahan dari segi harga yang dinilai oleh sebagian besar konsumen cukup mahal. Bagi konsumen yang menghadapi kendala harga busi yang tinggi, terutama untuk kendaraan OEM (Original Equipment Manufacturer), NGK Busi Indonesia juga menawarkan alternatif yang lebih efisien, yaitu busi G-Power (Platinum). Sebagai contoh, untuk mobil dengan populasi sangat besar di Indonesia dengan kode mesin NR, yakni Avanza, Xenia, Calya, Sigra, Terios, dan Rush, mereka menghadirkan alternatif produk G-Power dengan kode produk LKAR6AGP. Produk ini hadir dengan harga yang lebih terjangkau tanpa mengorbankan kualitas dan kemampuan pengapian yang baik, menjadikannya pilihan yang ideal bagi pengguna yang ingin mendapatkan performa maksimal dengan harga yang lebih ramah anggaran.
Dengan fokus pada inovasi berkelanjutan dan efisiensi bahan bakar, NGK Busi Indonesia terus berkomitmen untuk mendukung perkembangan industri otomotif Indonesia dan global. Mereka berharap bahwa dengan penggunaan teknologi busi yang tepat, baik untuk kendaraan berbahan bakar fosil maupun kendaraan hibrida, kita dapat mencapai keberlanjutan yang lebih baik bagi masa depan dunia otomotif.
Sensor oksigen merupakan komponen penting pada sistem mesin kendaraan yang berfungsi untuk memantau kadar oksigen dalam gas buang. Keberadaan sensor ini tidak hanya penting untuk efisiensi bahan bakar kendaraan, tetapi juga sangat berpengaruh terhadap kinerja mesin serta dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Sensor oksigen berfungsi untuk mengukur kadar oksigen dalam gas buang yang dihasilkan oleh mesin. Hasil pengukuran ini kemudian diteruskan ke sistem kontrol elektronik mesin (ECU). ECU menggunakan informasi ini untuk mengatur campuran udara dan bahan bakar yang optimal, yang berdampak langsung pada performa mesin dan efisiensi bahan bakar.
Dengan mengetahui kadar oksigen, ECU dapat memastikan pembakaran yang efisien, membantu kendaraan mencapai performa optimal dan mengurangi emisi gas buang yang berbahaya bagi lingkungan. Ketika mesin beroperasi, gas buang yang mengandung oksigen mengalir melalui sensor. Jika kadar oksigen terlalu tinggi atau rendah, ECU akan menyesuaikan rasio bahan bakar agar pembakaran menjadi lebih efisien dan mesin dapat beroperasi dengan baik.
Jika sensor oksigen mengalami kerusakan atau tidak berfungsi dengan baik, dapat menyebabkan beberapa masalah serius pada kendaraan, seperti:
- Konsumsi Bahan Bakar Meningkat – Tanpa informasi yang akurat, ECU mungkin mengatur campuran bahan bakar terlalu kaya atau terlalu miskin, yang menyebabkan pemborosan bahan bakar.
- Emisi Gas Buang Meningkat – Sensor oksigen yang rusak dapat menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna, menghasilkan lebih banyak emisi gas berbahaya, dan berisiko tidak lulus uji emisi.
- Penurunan Performa Mesin – Kerusakan sensor dapat membuat mesin kehilangan tenaga, respons mesin menjadi lambat, dan penurunan efisiensi keseluruhan.
- Kerusakan Komponen Lainnya – Jika pembakaran tidak efisien, bisa menyebabkan kerusakan pada komponen mesin lainnya, seperti katup, piston, dan catalytic converter.
Beberapa tanda umum bahwa sensor oksigen Anda mengalami kerusakan antara lain:
– Lampu indikator check engine menyala pada dashboard.
– Mesin kendaraan cenderung bergetar atau tidak berjalan mulus.
– Penurunan kinerja bahan bakar dan mesin secara signifikan.
– Kendaraan mengeluarkan asap tebal atau emisi yang berlebihan.
– Kendaraan kesulitan untuk mencapai akselerasi yang normal.
Secara umum, kendaraan dilengkapi dengan dua sensor oksigen: sensor pre-catalytic converter (sebelum catalytic converter) dan sensor post-catalytic converter (setelah catalytic converter). Sensor pertama mengukur kadar oksigen yang keluar dari mesin sebelum gas tersebut masuk ke catalytic converter untuk dibersihkan, sementara sensor kedua memantau apakah catalytic converter berfungsi dengan baik. Sensor-sensor ini biasanya terletak di dekat pipa exhaust, baik sebelum atau setelah catalytic converter, tergantung pada jenis kendaraan.
Merawat sensor oksigen secara rutin adalah kunci untuk menjaga performa kendaraan dan meminimalkan dampak lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk selalu memeriksa dan mengganti sensor oksigen yang rusak atau kotor agar kendaraan tetap berjalan efisien, mengurangi emisi, dan meningkatkan umur mesin.